1.01.2011

Tentang Perasaan

Yaah tentang perasaan, akhir-akhir ini banyak yang menanyakan tentang “perasaan” pada saya. Tidak ada salahnya dong kalau saya akhirnya menulis “tentang perasaan” menurut versi saya. Tentu kita semua sudah pernah mendapat pertanyaan tentang apa yang kau rasakan ketika sesuatu menimpamu. Seperti, bagaiaman perasaan mu ketika ditinggal oleh seseorang yang kamu kasihi?, bagaiama perasaan mu ketika kamu di khianati oleh orang
yang kamu percaya? Atau bagaiamana perasaan mu ketika kamu sangat menyukai seseorang?

Ketika seseoarang menanyakan tentang apa yang kau rasakan terhadap yang kau alami ketika itu, maka kita tau jelas jawabannya. Sedih, senang, bahagia, terharu atau terluka. Singkat, namun kamu puas dengan jawaban itu. lantas bagaimana dengan orang yang bertanya?. Mungkin mereka hanya akan menatpmu, sebab mereka tau apa yang kamu rasakan. Mereka mungkin saja pernah mengalami hal yang sama ketika sesuatu itu menimpamu.


Mereka yang pernah mengalami itu tahu jelas apa yang kau rasakan, karena mereka pernah mengalami itu. Lantas bagaimana kalau orang tersebut tidak pernah atau belum pernah mengalami hal yang sama dengan apa yang menimpamu sehingga tidak pernah merasakan apa yang kamu rasakan ketika itu. kamu memberikan jawaban bahwa kau sedang sedih, bahagia, jengel, senang saat itu, lantas bagaiaman kalau mereka bertanya bagaiama kah perasaan sedih, bahagia, jengkel, senang itu.

Bagaimana kah perasaan sedih itu? bagaiaman kah perasaan sayang, cinta, senang itu?. Mereka menuntut itu agar kau mencoba untuk mendeskripsikannya. Kau tau jelas bahwa itu tidak mungkin. sebab kata-kata yang akan membentuk kalimat, yang kemudian mencoba untuk mendeskripsikan tentang apa yang kau rasakan saat itu takkan mampu untuk manampung keseluruhan makna yang kau rasakan. Jelas bahwa kau takkan mampu, sebab ada sesuatu yang lebih besar dari semua yang kau ungkpakan melaluti retetan kalimat yang keluarkan dari bibirmu, kendati memang itu berasal dari hati. Kau takkan mampu mendeskripsikan bagaiamana perasaan sedih, hanya dengan berkata “biasanya mereka akan mengeluarkan air dari sudut matanya”, apakah itu cukup mendeskripsikan perasaan sedih, atau “mereka yang sedang jatuh cinta akan murah senyum”, jelas bukan hanya sebatas jawaban itu.

Saya akan mencoba menarik kesimpulan tentang perasaan. saya tidak perduli anda yang membaca (kalau ada yang baca..hheeh) setuju atau tidak, sebab bagaiman pun ini ada note milikku. Kesimpulannya adalah perasaan tidak bisa dideskripsikan dengan kalimat atau perbuatan yang anda lihat ketika itu, suatu tulusnya perasaan pun takkan mampu dinilai dari sikap yang seseorang perlihatkan atau apa yang telah korbankan dan perjuangkan, sebab perasaan adalah susatu yang begitu halus, yang dianugerahkan oleh Sang Maha Penyayang, Sang Maha Tau, untuk kita. Tentu anda punya pendapat lain, atau mungkin setuju, atau mungkin tidak setuju dengn menhukumi bahwa apa yang saya pikirikan saat ini tentang perasaan adalah salah. Saya tidak akan perduli dengan itu.

(jackchendari_89)
*siang yang panas, mau tidur pun takkan mampu…hmm…lapar juga coy…makan…makan…..:D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar